Cara Mengatasi Tantrum Anak Tanpa Menakuti: Mitos atau Fakta?

Penulis: dr. Kinandra Rafa Khalisha Rambey, 23 Oktober 2025

Cara Mengatasi Tantrum Anak Tanpa Menakuti: Mitos atau Fakta?

Tantrum memang sering membuat orang tua kewalahan. Saat si Kecil menangis, menjerit, hingga melempar barang, banyak Ayah dan Bunda merasa bingung harus bagaimana bertindak. Salah satu cara yang cukup sering dilakukan adalah menakuti anak agar berhenti tantrum. Namun, apakah cara ini efektif dan tepat? Yuk, kupas mitos dan fakta seputar menakuti anak saat tantrum.

Menakuti anak saat tantrum untuk meredakan emosi adalah sebuah mitos.

Faktanya, menakuti anak bukanlah cara yang tepat untuk meredakan tantrum. Justru, hal ini dapat memperburuk kondisi emosional anak dengan meningkatkan stres, kecemasan, dan rasa takut berlebihan. Akibatnya, anak menjadi sulit belajar mengelola emosinya secara sehat karena fokusnya bergeser dari memahami perasaan menjadi berusaha menghindari rasa takut.


Dampak Negatif Menakuti Anak Saat Tantrum

- Meningkatkan Rasa Takut dan Stres

Anak jadi mudah cemas dan takut menghadapi situasi baru, yang berpotensi menghambat perkembangan rasa percaya dirinya.

- Menghambat Regulasi Emosi

Anak tidak belajar cara menenangkan diri, melainkan hanya berfokus pada rasa takut yang memunculkan reaksi berlebihan.

- Memengaruhi Hubungan Emosional dengan Orang Tua

Kelekatan antara anak dan orang tua bisa terganggu jika anak merasa tidak dimengerti atau orang tua cenderung menimbulkan rasa takut.


Cara Mengatasi Tantrum Anak dengan Tenang: Strategi R.I.D.D

Daripada menakuti, coba pendekatan positif yang lebih efektif dengan strategi R.I.D.D berikut:

1. Remain Calm (Tetap Tenang)

Jaga emosi dan gunakan nada suara yang netral. Contohnya, "Mama tahu kamu marah, tapi tidak boleh melempar mainan." Nada tenang akan membantu anak merasa aman dan mulai belajar mengatur emosinya dari contoh orang tua.

2. Ignore (Abaikan dengan Aman)

Saat anak belum membahayakan diri sendiri, abaikan perilaku tantrumnya. Jangan terpancing marah karena reaksi keras justru dapat memperbesar frekuensi tantrum.

3. Distract (Alihkan Perhatian)

Setelah emosi anak mulai reda, alihkan perhatian ke aktivitas lain seperti membaca buku, bermain puzzle, atau jalan-jalan sebentar untuk mengubah suasana hati.

4. Do Not Give In (Jangan Menyerah)

Jangan mudah memenuhi keinginan anak ketika tantrum. Jika keinginannya selalu dipenuhi saat marah, anak akan mengulangi perilaku tantrum setiap kali ingin sesuatu.


Tips Tambahan Menghadapi Anak Tantrum

  • Berikan pelukan atau sentuhan lembut setelah anak tenang untuk memberi rasa nyaman.
  • Ajak anak menyebutkan perasaannya, misalnya “Aku marah” atau “Aku sedih” agar ia belajar mengenal emosi.
  • Berikan pujian ketika anak berhasil menenangkan diri tanpa marah sebagai bentuk penghargaan dan motivasi positif.
  • Bangun rutinitas harian yang konsisten agar anak merasa aman dan mampu memprediksi kejadian sehari-hari.

Kesimpulan

Menakuti anak saat tantrum bukan solusi yang tepat, malah dapat memperparah masalah emosionalnya dan berdampak negatif jangka panjang seperti ketakutan berlebihan dan gangguan regulasi emosi. Kunci utama adalah tetap tenang, konsisten, dan menunjukkan empati agar anak belajar mengelola emosinya dengan cara yang sehat dan positif. Ayah dan Bunda bisa menjadi teladan dalam mengajarkan anak bahwa marah itu wajar, tetapi harus diungkapkan dengan cara yang baik dan aman.

Yuk, bantu si Kecil tumbuh dengan kebiasaan mengelola emosi yang kuat dan sehat tanpa rasa takut!

Share:
Logo Kontak Lalita