Stimulasi Anak Modal YouTube, Cukup Gak Sih?
Penulis: dr. Kinandra Rafa Khalisha Rambey, 3 Juli 2025

Di era digital seperti sekarang, banyak orang tua yang mengandalkan YouTube untuk menstimulasi anak. Kontennya memang beragam—mulai dari video edukatif anak, lagu-lagu seru, hingga ide permainan yang menarik
Tapi... cukupkah hanya dengan menonton YouTube?
Jawabannya: belum tentu.
📺 YouTube Bisa Bermanfaat, Tapi Ada Syaratnya
YouTube bisa menjadi alat bantu stimulasi anak, asal digunakan dengan bijak dan penuh pendampingan.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan agar manfaatnya maksimal:
- Anak tidak hanya menonton secara pasif, tapi diajak bicara atau menirukan isi videonya
- Durasi screen time anak dibatasi: maksimal 1–2 jam per hari, sesuai rekomendasi WHO
- Orang tua mendampingi dan menjelaskan isi konten
- Diimbangi dengan aktivitas non-layar seperti bermain fisik atau eksplorasi alam
Dengan cara ini, YouTube bisa menjadi bagian dari stimulasi, bukan pengganti interaksi nyata.
⚠️ Waspadai Dampak YouTube untuk Anak
Kalau YouTube digunakan tanpa pendampingan dan tanpa batasan waktu, justru bisa menimbulkan risiko serius terhadap perkembangan anak, seperti:
- Kecanduan & distraksi: algoritma YouTube menyajikan video menarik tanpa henti, yang bisa memperpanjang screen time anak dan mengganggu tidur
- Gangguan perkembangan kognitif: terlalu sering menonton konten cepat bisa menurunkan kreativitas dan membuat anak pasif
- Rentang fokus pendek: anak terbiasa dengan kepuasan instan dan jadi sulit fokus saat belajar
- Penurunan interaksi sosial anak: kurangnya komunikasi dua arah membuat anak canggung saat harus bermain atau berbicara dengan teman sebayanya
🎯 Alternatifnya: Aktivitas Nyata & Interaktif
Stimulasi anak yang optimal tetap datang dari pengalaman nyata. Maka dari itu, manfaatkan YouTube sebagai inspirasi, lalu ajak anak praktek langsung.
Contoh ide kegiatan:
- Meniru eksperimen dari video
- Bernyanyi dan menari bersama
- Bermain peran dengan boneka atau benda di rumah
- Melakukan berbagai aktivitas sensorik anak seperti main pasir, air, tepung, atau membuat slime
Yang penting bukan durasi nonton videonya, tapi seberapa aktif dan terlibat anak dalam kegiatan setelahnya.
💬 Kesimpulan
YouTube bisa menjadi alat bantu stimulasi anak, tapi tidak cukup jika digunakan sendiri tanpa interaksi.
Anak tetap membutuhkan interaksi sosial, pengalaman fisik, dan eksplorasi nyata untuk mendukung tumbuh kembangnya secara optimal.
Jadi, AyBun boleh kok pakai YouTube, asal tetap dampingi, batasi durasi, dan ajak anak aktif setelahnya. Karena yang paling berharga adalah momen belajar yang terjadi saat anak bergerak, bereksplorasi, dan terhubung langsung dengan orang di sekitarnya.